Pemkab Tuban Setengah Hati Beri Bantuan Hukum Camat Jenu

Pemkab Tuban Setengah Hati Beri Bantuan Hukum Camat Jenu

15688 600x600
Wakil Bupati Tuban, Noor Nahar Hussein.




Dilansir dari SuaraBanyuurip.com
Tuban- Wakil Bupati Tuban, Jawa Timur, Noor Nahar Hussein, angkat suara terkait dilaporkannya Camat Jenu, Moch Maftuchin Riza, Kades Remen, Eko Prasetyo dan Mentoso, Saji oleh warga ke polisi.

Dua hari setelah pelaporan tersebut, wabup dua periode mengaku masih berpikir ulang untuk memberi bantuan hukum, jika kasus ini berlanjut ke meja hijau.
"Kami belum tahu apakah ketiga pejabat publik di Kecamatan Jenu ini benar-benar melanggar hukum," ujar Wabup Tuban kepada suarabanyuurip.com, di Komplek Pendopo Krida Manunggal Tuban, Selasa (31/7/2018).

Dijelaskan jika perbuatan ketiganya dengan menandatangani surat pernyataan masuk pidana biar diselesaikan kepolisian. Saat ini Pemkab juga belum tahu, apakah laporan warga bisa ditindaklanjuti atau tidak.

Adanya pelaporan ini, Noor Nahar akan menanyakan kepada yang bersangkutan bagaimana proses sampai terjadinya pendatanganan. Apabila tanda tangan tersebut sifatnya pribadi, tentu lain dan pemkab tidak bisa berbuat apa-apa.

"Saya kaget saat dikonfirmasi media, karena benar-benar tak tahu. Justru wartawan lebih cepat tahu dari kami," jelasnya.

Informasi yang diterima Wabup, ada beberapa orang telah mendatangi camat maupun kades dengan membawa surat yang sudah jadi, dan mendapat persetujuan warga, dan hal ini merupakan kecerobohan yang luar biasa.

"Itu yang salah kan kata-katanya dalam surat pernyataan yang mengatasnamakan warga," tegas pria kelahiran Rengel ini.

Noor Nahar lebih setuju apabila kasus ini segera diproses hukum agar jelas siapa saksi, dan siapa yang membawa surat akan dipanggil semuanya.  Selain itu pula, akan terlihat apakah ada skenario jebakan.

"Biar polisi nanti yang menelusurinya, karena informasi yang diterima Pemkab berbeda antara camat, kades, maupun masyarakat Remen dan Mentoso," ucapnya.

Atas kejadian ini, Wabup meminta semua pejabat publik seperti Camat maupun Kades untuk lebih hati-hati. Jangan sampai menandatangani surat yang isinya mengatasnamakan warga, karena sangat berisiko.

"Beda lagi kalau camat merekomendasikan buka rekening di BNI titik. Terlepas ada yang mau dan tidak bukan urusan lagi," imbuhnya.

Soal bantuan hukum, Wabup akan melihat substansinya dulu. Apabila melekat tugas dari Pemkab tentu akan dibantu, sebaliknya jika itu jebakan lain lagi ceritanya.

"Saat ini juga belum ada signal apakah Camat Jenu ini dimutasi atau tidak," tandasnya.
Sebatas diketahui, puluhan warga Desa Remen dan Mentoso, Kecamatan Jenu melaporkan tiga pejabat publik ke polisi pada Senin (30/7) siang. Dasar pelaporan ini setelah pada tanggal 2 Juli 2018, beredar surat pernyataan yang ditandangani ketiganya yang isinya tidak benar.

Melalui surat pernyataan tersebut, ketiganya bertindak mewakili warga masyarakat, seolah-olah ada kesepakatan warga untuk menjual tanahnya kepada proyek pembangunan Kilang NGRR Tuban patungan Pertamina-Rosneft.  Sekaligus memberikan hak hanya kepada Bank BNI Cabang Tuban untuk mengelola pembayarannya, yang penggunaanya dapat merugikan baik pemilik tanah maupun pihak perbangkan yang lain.

Pelapor satu, Suwarno, asal Desa Mentoso, menegaskan, masyarakat Desa Remen dan Mentoso tidak pernah membuat kesepakatan semacam itu dan justru sebaliknya, masyarakat dengan gigih menolak untuk menjual tanah kepada proyek Pertamina/Rosneft.(aim)



Sumber: http://suarabanyuurip.com/kabar/baca/pemkab-tuban-setengah-hati-beri-bantuan-hukum-camat-jenu

Wabup Tuban Minta Warga Remen Tunggu Amdal Terminal LPG

Wakil Bupati, Noor Nahar Hussein



Dilansir dari SuaraBanyuurip.com - Ali Imron
Tuban- Setelah membaca surat warga Desa Remen, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Wakil Bupati, Noor Nahar Hussein, meminta warga untuk menunggu dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) Terminal LPG proyek PT Pertamina (Persero) keluar. Tanpa melihat dokumen tersebut, siapapun belum tahu pasti dampak dari proyek di lahan seluas 60 hektare itu. 
"Tembusan itu ada, sudah saya lihat dan biasa saja," ujar Wabup Noor Nahar, kepada suarabanyuurip.com, saat ditemui di gedung DPRD Tuban, Rabu (25/7/2018).
Wabup dua periode itu, menegaskan akan melihat dulu prosedurnya seperti apa. Secara detail pemkab belum mengetahui rencana pembangunan terminal LPG.
Jika Amdal sudah keluar, tentu bisa dilihat seberapa serius dampaknya. Begitupula berapa radius itu berdampak bagi pemukiman penduduk. 
Kalau ada dampak jelas, pemkab akan bertindak tegas. Pertamina harus mengeliminir, sekaligus memberikan jaminan kepada penerima dampak. 
"Kalau ada dampak negatifnya harus ada kompensasi," terang pria kelahiran Kecamatan Rengel ini. 
Noor Nahar mengaku heran, kwnapa masyarakat Remen heboh lebih awal. Padahal di Kilang PT Trans Pasific Petrochemical Indotama (TPPI) yang memproduksi LPG juga biasa saja.
"Kita semua juga belum tahu nantinya Terminal LPG bagaimana," ucapnya
 Ditegaskan oleh Noor Nahar, jika Pemkab tidak akan diam dan berpangku tangan melihat warganya yang sengsara. Apabila jelas ada dampak, tentu pihaknya tidak akan memberikan izin ke proyek tersebut. 
Diberitakan sebelumnya, warga Desa Remen, telah menyurati beberapa pejabat publik di kabupaten dan provinsi terkait penolakannya terhadap proyek Terminal LPG. Surat sebanyak enam lembar itu, berisi kajian hukum yang mengganjal proyek di atas lahan Pertamina seluas 6 hektare.
“Surat itu saya kirimkan ke Bupati Tuban, Ketua DPRD Tuban, Gubernur Jatim, Kepala Biro Administrasi Pemerintahan dan Otonomi Daerah Setda Provinsi Jawa Timur, Dirut Pertamina, dan tembusannya ke beberapa intansi terkait,” pungkas warga Remen, Soewarto Darmandi, S.H. (aim)


Dorong Desa Aktifkan Web, Camat Jenu Bidik Inovasi Baru



Di lansir dari blokTuban.com – Di awal menjabat, Camat Jenu yang baru, Moch.Maftuchin Riza mencoba untuk memompa semangat para staff yang ada di kecamatan dan desa agar segera mengaktifkan (online) website desanya masing-masing. Inovasi tersebut dilakukan agar desa di kecamatan Jenu dapat masyarakt lebih luas dengan segala potensinya.

Dikisahkan Riza, sapaan karibnya, satu bulan yang lalu baru dua desa yang sudah online. Padahal jumlah desa yang ada di Kecamatan Jenu ada 17 desa. Untuk itu, pihaknya bersama Dinas Komunikas dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Tuban, mengadakan Sosialisasi dan Pelatihan Website Desa Serta Aplikasi Taprose Temanku.

“Sampai hari ini Insyaaallah  15 desa dan harapan kami di bulan Juli ini tuntas 17 desa sudah online semua,” ungkap Camat Terbaik ke-5 lomba Sinergitas Kecamatan Tingkat Provinsi Jawa Timur tersebut.

Dengan online-nya website desa tersebut, Camat kelahiran Bojonegoro ini  berharap agar desa dapat mempromosikan berbagai jenis kegiatan dan produk unggulan masing-masing. “Dari Tuban Smart City menuju Jenu Smart Village,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pemberdayaan dan Pengembangan Teknologi Informasi Diskominfo Tuban Agus Heru menuturkan, ketika pelaksanaan Sosialisasi dan Pelatihan Website Desa pada Senin (9/7/2018) lalu, sebanyak 12 desa telah mengaktifkan website desanya (online). Dengan aktifnya web desa itu, pihaknya menilai ada komitmen kuat dari desa-desa.

“Mereka mempunyai komitmen untuk mengaktifkan semua website desa pada bulan Juli ini,” tegas Agus.

Website desa tersebut, lanjut Agus, juga dalam rangka untuk menunjang kegiatan Smart City Yang harus dimulai dari Smart Village.Di dalam Website desa tersebut, Diskominfo Tuban, memberikan aplikasi yang bernama SID (Sistem Informasi Desa) yang bersifat gratis. 

“Dalam SID tersebut terdapat fitur surat menyurat, yang sudah sesuai dengan stardar resmi dari Pemkab, sehingga bisa digunakan untuk dikelola admin website desa. Ke depan, sistem tersebut akan kita online-kan dari desa ke kecamatan,” tukas dia.

Selain itu, pihaknya juga akan menggunakan Quick Respon (QR) Code sebagai pengganti tanda tangan digital. Dengan catatan pihaknya terlebih dahulu bekoordinasi kepada Bagian Umum yang mempunyai wewenang dalam surat menyurat.

Pihaknya mengimbau, agar admin desa terus aktif dalam mengelola website desa dan aplikasi SID tersebut. Sangat disayangkan jika tidak dimaksimalkan, karena ini untuk mempermudah.

Ia juga menargetkan dalam dua tahun ke depan, masyarakat Tuban tidak perlu ke kecamatan atau kabupaten untuk mengurus administrasi kependudukan. “Itu salah satu bentuk smart village,” tutup Agus. [rof/ito]


Sumber: http://bloktuban.com/berita-read.php/?show=15389-dorong-desa-aktifkan-web-camat-jenu-bidik-inovasi-baru.html

Pemkab: Pembangunan Terminal LPG Pakai Lahan Pertamina


Di lansir dari blokTuban.com - Rencana pembangunan terminal Liquified Petroleum Gas (LPG) oleh Pertamina di sekitar Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Desa Remen, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, akan dilakukan di lahan milik perusahaan sendiri.
Sekretaris Daerah Tuban, Budi Wiyana, menjelaskan tidak ada peraturan yang dilanggar oleh Pertamina untuk membangun terminal LPG di tempat itu. Lahan yang akan dipergunakan bukan milik warga.
"Karena lokasi atau lahan yang akan dipakai sebagai pangkalan milik Pertamina sendiri," kata Budi Wiyana, Selasa (10/7/2018).
Dengan begitu, kata Budi, tidak ada aturan yang dilanggar oleh perusahaan milik pemerintah itu. Begitu juga tidak ada pelanggaran dengan Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tuban karena tempat itu memang diperuntukan buat kompleks industri.
"Tidak ada yang salah terkait rencana pembangunan terminal LPG oleh Pertamina. Lahan juga milik perusahaan," terang Budi.
Hanya saja Pertamina harus melengkapi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dan merevisi ijin lingkungan ataupun Amdal untuk pengembangan pembangunan.
Terkait keberatan sebagian warga dengan berbagai alasan, Sekda meminta hal itu bisa dimasukkan dalam rekomendasi dokumen Amdal perusahaan kedepan.
Sebelumnya, sebagian warga Desa Remen mendatangi balai desa setempat. Salah satu hal yang ditanyakan kepada kepala desa, yakni terkait rencana pembangunan terminal LPG sebagai pengembangan terminal BBM. 



Selain Kilang Minyak Tuban, Warga Juga Tolak Terminal LPG



dilansir dari SuaraBanyuurip.comAli Imron

Tuban- Ratusan warga Desa Remen, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur hari Senin (2/7) kembali bergerilya menolak pembangunan pabrik Terminal LPG. Pabrik gas LPG ini merupakan proyek awal, sebelum Kilang Minyak NGRR Tuban, patungan Pertamina dengan Rosneft Oil Company asal Rusia. 

"Kami menolak adanya Terminal LPG di Remen," ujar Korlap Warga Remen, Rusdiono (44), kepada suarabanyuurip.com, disela unjuk rasa di Balai Desa Remen. 

Mewakili warga, Rusdiono mengaku tak ingin hidup dikepung industri padat modal dengan resiko kegagalan teknologi tinggi. Sebelum bergerak lebih jauh, warga meminta kejelasan dari Kepala Desa (Kades) Remen, Eko Prasetyo, dkarenakan pada waktu lalu, sempat bertemu Pertamina Pusat di Jakarta membahas Terminal LPG. 

Sayangnya harapan warga bertepuk sebelah tangan. Ketika Eko Prasetyo ditelepon Sekdes Remen, mengaku sedang berada di luar kota. Warga geram dan menuding Kades tak transparan, dan sempat terjadi adu mulut dengan Pemdes. 

"Kami ingin mendengar langsung jawaban dari Kades bukan yang lain," tegasnya. 

Tak lebih dari dua jam, ratusan warga mengepung Balai Desa. Apabila Kades tak kunjung datang, warga sempat mengancam akan menyegel gerbang balai desa. 

Suasana sempat tak terkendali, dan mulai reda setelah Pemdes Remen mengumumkan ke warga akan mengadakan pertemuan pada Rabu (4/7) besok. Pertemuan resmi ini sudah disetujui Kades lewat telepon, disaksikan polisi, Pol PP, TNI, dan warga.  

Sekdes Remen, Tantomo, menyatakan tidak tahu tujuan Kades ke luar kota di jam dinas. Saat ditelepon, Kades Eko hanya menjawab kalau masih ada kepentingan di sana.

"Tak tahu apa tujuannya di luar kota," sergahnya.

Tantomo sendiri sudah beberapa kali mengingatkan ke Kades, jika warga ingin datang ke balai desa untuk menanyakan Terminal LPG. Dengan sangat terpaksa, pertemuan ditunda dua hari lagi. 

Soal hasil pertemuan Kades di Jakarta waktu lalu pun, Sekdes tak mengetahuinya. Dia hanya tahu Kades berangkat dan pulang dari Ibukota setelah bertemu manajemen perusahaan Pertamina. 

"Sampai detik ini saya tak tahu apa-apa hasil dari Jakarta," pungkasnya. 

Sebatas diketahui, sebelum meluruk balai desa, warga terlebih dahulu berkumpul dan melakukan doa bersama ke leluhur dan Tuhan YME. Tepatnya di Sumur Gede warga mengelilingi sumur, kemudian berdoa dilanjutkan makan bersama. (aim)

 

sumber: http://suarabanyuurip.com/kabar/baca/selain-kilang-minyak-tuban-warga-juga-tolak-terminal-lpg


lain-lain